Let Me Part 5

Untitled-1 (2)
Cast : Kim Jongin, Lee Chaelli (OC) // Romance // Chapter // PG-14
Summary :
Can you let me to hold your hand and keep your love?
-sundaymonday-

Seluruh kegelapan itu menyelemutinya. Ini sudah malam, waktunya untuk memejamkan mata dan mengistirahatkan seluruh pikirannya. Tapi Chaelli sama sekali tidak bisa menutup matanya, sama sekali. Ia masih terjaga dengan seluruh kalimat Mina yang masih memenuhi kepalanya.
‘Tidak ada yang tersisa di dalam hati mereka’
Yah, kalimat itu bisa berarti banyak. Bisa jadi dia senang karna telah melupakan orang itu—atau mungkin sebaliknya, ia malah merasa sangat kehilangan. Entahlah, Chaelli memang bukan Mina yang bisa menebak kalimat-kalimat ambigu dengan tepat. Ia hanya Lee Chaelli, gadis yang mati-matian menolak segala sesuatu tentang cinta tapi nyatanya ia sendiri yang terperangkap dalam jebakan itu juga—ehm, yah pada akhirnya.
Lama berpikir tentang kata-kata Mina membuatnya teringat pada Kim Jongin. Tidak, bukan maksudnya menyangkut pautkan Kim Jongin pada masalah ini. Tidak sama sekali! Ingatan itu tiba-tiba melintas begitu saja di dalam otaknya, tanpa kompromi. Hingga tanpa sadar pikirannya teralih begitu saja tentang pria itu. Penari yang memiliki senyuman secerah matahari. Ah, bukan.. Kim Jongin adalah penari yang memiliki sayap tak terlihat.
Chaelli tersenyum memikirkannya. Sungguh, sebenarnya ia tidak bermaksud bersikap kasar pada pria itu di setiap waktu. Hanya saja memikirkan dan bertemu langsung dengannya adalah dua hal yang berbeda. Jongin yang ada dalam bayangannya adalah Kai—penari bertopeng yang masih menempel terus di dalam otaknya. Penari jenius yang luar biasa. Chaelli sungguh jatuh cinta padanya, pada tariannya yang memukau.
Dan kenyataan tentang Kim Jongin dan Kai adalah orang yang sama, telah menghancurkan seluruh bayangannya tentang penari-sempurna-bertopeng-itu. Jongin memusnahkannya sekejap mata, hampir tidak tersisa. Kai yang pernah membuatnya sangat terpesona pun menghilang. Tidak ada Kai lagi yang bisa ia pandangi dari jauh sambil tersenyum. Sudah tidak tersisa.
Sekarang hanya tersisa Jongin yang sejak pertama kali melihatnya sudah membuat Chaelli kesal setengah mati padanya. Hanya tersisa Jongin yang selalu menampilkan cengiran bodoh kemana-mana ketika Chaelli bersiap untuk meledak di depan wajahnya. Hanya tersisa Jongin—karna dia memang tokoh utamanya dan bukannya Kai yang hidup di dalam fiksi buatannya sendiri. Chaelli harus berusaha memahami hal ini, Jika Jongin dan Kai adalah satu orang yang sama. Bukannya lari dari perasaannya sendiri, dan menganggap Jongin dan Kai adalah dua orang yang berbeda.
Chaelli menyukai Kai—sangat, dan itu berarti dia juga menyukai Kim Jongin karna mereka adalah orang yang sama.
Ap-apa? Tidak, tidak.. mana mungkin? lagipula, sejak kapan aku peduli soal pria? Chaelli menggelengkan kepalanya kuat-kuat sebelum akhirnya ia memejamkan kedua matanya. Aku tidak peduli soal pria, soal cinta, soal getaran, atau apapun itu. aku tidak peduli.. Chaelli meneriakkan kalimat-kalimat itu lagi di dalam kepalanya. Membuat sebuah pernyataan jika jatuh cinta adalah sebuah pelanggaran besar yang tidak akan pernah termaafkan.
Tapi sebelum Chaelli benar-benar jatuh terlelap. Sayup-sayup suara itu terdengar lagi di samping bantalnya. Sebuah kalimat, yang rasanya waktu itu terdengar parau dan putus-putus dibeberapa bagian.
‘Aku menyukaimu, Lee Chaelli.’
Itu suara Jongin, dan pria itu kemudian hadir di dalam mimpinya sebagai koboi penunggang kuda.
….
Semua orang kelihatan sibuk selama beberapa minggu terakhir ini. Malam ini, showcase akan dimulai.Tapi Jongin tidak pernah terlihat lagi semenjak dua bulan lalu ketika gosip itu menyebar seantero kampus. Ia seakan menghilang—dimakan hidup-hidup oleh serigala—diculik alien—Oh, atau bisa jadi ia tiba-tiba ditawari produser film untuk menggantikan aktor Kim Soohyun karna pria itu mengalami diare hebat.
Chaelli terkekeh sendiri. Ketiga alasan itu tidak masuk akal, tapi untuk Jongin rasanya tidak ada yang tidak masuk akal dengan wajah bodoh miliknya. Tapi tunggu, Sejak kapan ia peduli tentang Kim Jongin yang dimakan hidup-hidup oleh serigala atau diculik alien? Chaelli mendesah, lalu mengangkat bahunya pelan sebagai tanda pembelaan.
Aku tidak peduli. hanya penasaran, kemana dia pergi dihari sesibuk ini. Yah, memang benar. Rasanya benar-benar mustahil menyembunyikan wajahmu disaat semua orang sibuk berlarian ke sana, kemari hanya untuk meminta tanda tangan ketua penanggung jawab. Semua orang memang sibuk dengan tugas mereka hari ini—sangat sibuk. Dimulai dari mengatur tata lampu, menyiapkan panggung, membantu mengangkat seluruh alat musik. Dan tidak adil rasanya melihat semua orang sibuk menyiapkan segala hal untuk showcase nanti, sementara ia duduk sendirian di bangku penonton yang masih kosong sambil sesekali menggenggam kamera tuanya.
“Hei, hei Lee Chaelli!” Itu Jung Taehee. Suaranya sangat mudah dikenali walau keadaan bising ini menganggu pendengarannya. “Sudah menemukan posisi yang bagus untuk memotret?”
“Belum” Sahutnya singkat. Chaelli bahkan belum berusaha mencari tempat mana yang cocok untuknya memotret nanti.
“Aku akan sibuk mewawancarai penanggung jawab showcase ini, jadi aku bisa banyak membantu” Chaelli mengangguk. Ini sudah biasa. Jung Taehee bertugas mewawancarai orang-orang penting, sementara ia harus meliput sebuah berita yang menarik menjadi artikel yang siap dibaca.
“Oh, ya sebelum itu..” Taehee merogoh saku celananya untuk menemukan sesuatu. Chaelli harap itu bukan kertas permintaan yang aneh lagi untuknya. Yah, ia takut saja jika saat ini Taehee mendadak menyerahkan tugas mewawancarai seseorang padanya. Semenjak kasus Jongin—ia sangat benci dengan kegiatan tanya jawab yang melelahkan. “Ini ID klub jurnalmu yang bisa kau gunakan untuk masuk ke ruang tunggu”
Chaelli mengamatinya perlahan-lahan. ID klub jurnal untuk masuk ke ruang tunggu? Apa gunanya? Bukankah ia hanya bertugas meliput bagaimana acarashowcase ini berlangsung dan bukannya harus mewawancarai satu-persatu pengisi acara seperti yang pernah dilakukan Taehee tahun lalu?
“Aku tidak membutuhkannya” jawab Chaelli sambil mengembalikan ID klub itu padanya.
“Oh, bawa saja.. mungkin akan berguna nanti” Taehee tersenyum, atau bisa dibilang sedang menyeringai padanya. Oh, ini sama sekali bukan petanda bagus.
….
Hari mulai gelap, dan ini saatnya showcase di mulai. Seluruh orang sibuk memadati aula dan berebut tempat duduk yang strategis untuk melihat idola pujaan mereka. Jangan salah paham, walaupun showcase ini hanya untuk mahasiswa kampus. Tapi diantaranya, memang benar-benar ada beberapa murid yang memiliki kemampuan luar biasa dalam bernyanyi, menari atau bermain alat musik. Apalagi dengan tata lampu yang seakan menyoroti mereka, ini benar-benar luar biasa. Layaknya sebuah konser musik artis ternama.
Chaelli telah lebih dulu memasuki aula dan memilih sendiri tempat duduknya. Bangku deret kelima dari depan panggung yang rasanya benar-benar cocok untuk posisi memotret. Lampu aula mulai meredup. Lalu ada sebuah suara yang terdengar menggema ke seantero aula, yang mengatakan jika pertunjukan akan dimulai sebentar lagi.
Chaelli tersenyum. Membayangkan jika malam ini ia akan memotret ratusan gambar terbaiknya untuk majalah sekolah—juga menuliskan tiga ribu kata lengkap dengan seluruh penjelasan mengenai acara showcase ini. Harusnya ia gembira, memang. Apalagi menjadi penulis berita adalah impiannya. Chaelli sendiri juga bingung kenapa ia sempat ragu ketika Taehee memilihnya menjadi penulis artikel ini.
Entahlah, mungkin karna menulis juga membutuhkan sebuah jiwa. Sama seperti penari, penulis juga membutuhkan jiwa saat mereka merangkai sebuah kalimat. Membuat kalimat itu seakan-akan hidup dan menghipnotis semua orang yang membacanya. Dan, sialnya akhir-akhir ini Chaelli seakan kehilangan jiwa menulisnya itu. Pikirannya kacau, semenjak Kai—ah, Jongin datang dalam hidupnya.
Cahaya lampu benar-benar padam kali ini. seluruh aula itu gelap gulita dan membuat beberapa orang bergerak resah. Mungkin Achluphobia, semacam ketakutan berlebih saat gelap. Tapi tak lama kemudian keresahan itu menghilang, ketika lampu panggung menyala lagi untuk menyoroti seorang pria berkemeja putih yang berdiri diatas panggung sambil memunggungi penonton.
Musik klasik kemudian teralun lembut, pria itu mengikutinya. Bukan, bukan pria itu yang mengikutinya. Tapi seakan musik klasik itu yang mengikuti gerakan tarinya yang lembut. Beberapa gadis mulai berteriak histeris—persis seperti saat mereka menonton konser idola mereka. Hanya saja pria itu seakan tidak menari untuk siapapun, tidak sedang terpengaruh dengan siapapun, seakan-akan ia hanya menari untuk dirinya sendiri.
Ini hanya sebuah pertunjukan tari, Chaelli tahu itu. Ia sudah sering melihatnya di televisi, di pinggir trotoar ketika ada pertunjukkan jalanan, bahkan ia pernah melihat pertunjukkan tari yang menggetarkan hati di kafe Bobby Jo.Tapi kenapa seperti ini? Kenapa Chaelli harus terperangah lagi hanya karna ada seseorang yang menari sangat baik di depan matanya? Kenapa Chaelli harus menemukan getaran itu muncul lagi di dalam dadanya?
Ia hanya bisa terpaku. Menatap wajah pria itu yang seakan buram karna cahaya lampu tidak sampai menyoroti wajahnya. Menebak, nebak apakah ia adalah penari yang selama ini membuat hatinya bergetar atau hanya seorang penari biasanya yang sama sekali tidak pernah ia temui sebelumnya.
Musik berhenti dan Penari itu seketika juga berhenti menggerakkan seluruh tubuhnya. Ia kemudian tersenyum ketika seluruh lampu bisa mencapai wajahnya. Dia, kim Jongin Sungguhan. Tidak memakai topeng ataua apapun. Dia pria yang mampu menari dan selalu menghipnotisnya itu, Kim Jongin.
Chaelli menutup matanya perlahan-lahan. Seakan takut jika ia membuka matanya Jongin akan menghipnotis lagi dengan tatapannya.
Tiba-tiba ia teringat pada perkataan Mina sebelum ini. Ketika dulu ia bertanya dengan penasaran tentang alasan sahabatnya itu tidak bisa berhenti mencintai Byun Baekhyun yang jelas-jelas sudah mengkhianatinya.
‘Nanti akan datang waktunya. Ketika dia tiba-tiba berdiri dihadapanmu dan kau tidak memiliki satu kata lagi yang bisa kau ucapkan. Ketika dia tiba-tiba tersenyum padamu dan kau tidak memiliki satu alasan lagi untuk tidak membalas senyuman itu. ketika dia tiba-tiba datang padamu dan tidak ada lagi yang bisa kau pungkiri jika kau mencintainya’
Saat ini, sungguh Chaelli sedang merasakan hal itu. Ia pikir waktu itu Mina hanya membual tentang yang namanya jatuh cinta. Tapi sekarang? Ia sendiri yang merasakannya. Chaelli merasakan seluruh hal itu ketika saat ini Jongin berdiri di atas panggung sambil mengunci tatapannya begitu saja. Tiba-tiba ia menyadari sesuatu yang bergemuruh di dalam dadanya.
Akhirnya saat ini Chaelli mengakui perasaannya,jika ia mencintai Kim Jongin.

Ketika pertunjukan show case akan berakhir, Jung Taehee menarik lengannya kuat-kuat untuk mencari dimana ruangan Kim Jongin berada.
“Oh, ayolah! Hanya satu gambar dan setelah itu kau bebas melakukan apapun” Taehee benar-benar bersikeras untuk tidak melepaskan genggamannya pada lengan Chaelli. Bagus, semua ini memang salahnya. Kenapa ia bisa lupa untuk memotret penari terbaik tahun ini dan mengabaikan sedikit getaran itu di dalam dadanya? “Akhirnya kartu itu berguna juga, benar’kan?”
Chaelli hanya mengangguk pasrah dan mengikuti kemanapun Taehee menariknya. Pikirannya masih melayang kemana-mana tanpa bisa berhenti memikirkan Jongin—Ya, Jongin. Pria yang beberapa hari lalu masih ia anggap sebagai penganggu nomor satu dalam hidupnya.
“Hai” tiba-tiba suara berat itu mengintrupsinya. Entah sejak kapan, Jongin berada di belakang mereka sambil membawa botol minuman dan handuk putih yang menyangkut di atas bahunya.
“Kebetulan, kami sedang mencarimu” Jung Taehee bersalaman dengannya untuk memberikan ucapan selamatatas penampilan panggungnya yang luar biasa.
“Kau tidak ingin memberiku sebuah sambutan?” Jongin bertanya pada Chaelli yang sedari tadi membeku diantara mereka. Gadis itu terlihat kaku. Saat ini ia menggigit bibirnya sendiri, bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari atas sepatunya. “Aku bisa membiarkanmu memelukku”
Mendengar seluruh kata-kata Jongin yang terasa ringan benar-benar membuatnya gila. Bagaimana bisa Jongin memintanya memeluknya sementara saat ini jantungnya berdegup sangat kencang?
“Aku kemari bukan untuk menyelematimu atau apa..” Chaelli bersuara dengan parau, gugup, seperti pita suaranya tidak berada lagi di dalam kerongkongannya. “Aku hanya ingin memotretmu. Hanya satu gambar setelah itu tidak ada lagi”
Taehee mengangguk setuju. “Ah, melihatmu aku jadi begitu bersemangat dan melupakan tujuan kami. Maaf Jongin, sepertinya penampilanmu kali ini terlalu luar biasa hingga membuat Chaelli lupa untuk menekan tombol kameranya.” Taehee terkekeh begitu ia berhasil membuat Chaelli merasa malu pada dirinya sendiri.
“Benarkah begitu, Lee Chaelli? Jadi, apa sekarang kau sudah jatuh pada pesonaku?” Jongin tertawa kecil sambil menutupi bibirnya dengan satu tangannya yang bebas. Lelaki itu terlihat sangat manis dengan tingkah lakunya yang seperti ini.
“Tt-arianmu bagus” walaupun sedikit terbata, Jongin masih bisa mendengar kalimat itu secara jelas.
Keheningan seketika itu menyelimuti mereka. Membuat Taehee harus berpura-pura melirik kearah jam tangannya dan meninggalkan mereka dengan alasan ‘harus mewawancarai para penanggung jawab acara’. Meninggalkan Chaelli yang masih terpaku menatap Jongin dengan perasaan gugup.
“Penampilanmu, aku melihatnya tadi. Itu luar biasa” Jongin bisa melihat bagaimana Chaelli berusaha tersenyum padanya. Ini adalah pertama kalinya ia mendapatkan pujian seperti itu dari seorang gadis. Biasanya mereka hanya mengatakan jika ia tampan, populer, atau segala macam hal tentang itu. Bukan berkomentar tentang bagaimana caranya menari dan bagaimana penampilannya diatas panggung. “Aku tidak tahu, jika tarian bisa terlihat seindah itu”
Tidak seperti yang Chaelli perkirakan, Jongin tidak juga tersenyum setelah ia mengatakan pujian itu padanya. Jongin hanya berdiri tegak sambil terus menerus menatapnya.
“Sebelumnya kau pernah bilang jika kau hanya menyukai tarianku, bukan?” Chaelli menggigit bibirnya yang terasa sangat kering. Ia ingat ketika terakhir kali mereka bertemu dan ia mengatakan hal itu keras-keras di depan wajah Jongin. Tapi sekarang Chaelli tidak yakin jika ia benar-benar hanya menyukainya tariannya.
“Kau tahu, aku berusaha keras untuk berlatih demi pertunjukan ini selama berminggu-minggu.” Jongin bersuara, tapi kali ini suaranya tidak terdengar begitu ringan seperti tadi. “Aku ingin membuatmu terkesan dengan penampilanku. Aku ingin kau menyukainya, dan aku sama sekali tidak keberatan jika harus menari untukmu seumur hidupku hanya untuk mendapatkan hatimu”
Oh, tidak. Jangan katakan padaku. Chaelli menelan salivanya dalam-dalam. Aku mohon jangan katakan padaku, Jongin.Tanpa ia sadari kakinya melangkah mundur begitu saja. Seakan-akan Chaelli telah bersiap untuk lari sejauh mungkin jika Jongin berani membuka suaranya satu kata lagi.
“Aku menyukaimu. Aku benar-benar menyukaimu, bahkan saat pertama kali aku melihatmu di bangku kafe Bobby Jo ketika aku berputar-putar ditengah tarianku” Jongin mencoba mendekat kearahnya, selangkah demi selangkah. Mempersempit jarak antara mereka.
“Apakah kau juga merasakan getaran itu?”
TBC
….
Q : Apakah Jongin ditolak ‘lagi’? Oh, hell demo saja penulisnya kalo itu terjadi. Hahaha 😀 see you next chapter!!

Leave a comment